Ivana Lee, merindukan satu kehidupan di alam terbuka dan sebagai seorang arsitek mencoba untuk menjinakkan kekejaman kota Jakarta. Ivana Lee, pribadi yang lembut dan keras hati. Satu kehidupan yang penuh pertentangan. Satu kehidupan yang menjadi mungkin di Jakarta.
Dia tak ingin menyingkir. Ketika alat berat bergerak ke arahnya, dia tetap berdiri dan berteriak. Teriakan Ivana tidak ada gunanya, lalu dia memungut sepotong bambu dari pinggir jalan, mematahkannya menjadi dua bagian dan memukulkan kedua potongan bambu tersebut. Begitulah kesepakatan para pendemo pada pagi hari itu. Apabila tak bisa menahan kemarahannya, mereka akan membuat suara ribut. Ratusan aktivis dan warga Bukit Duri, Jakarta Selatan membuat kegaduhan melawan alat berat itu. Namun mesin tersebut tetap menggelinding, tidak dapat dihentikan.
Satu persatu rumah warga dirobohkan, tempat tinggal yang sederhana, terbuat dari seng dan batu bata, warung-warung kecil, kios-kios yang dimiliki pedagang keturunan Tionghoa yang menjual permen dan rokok ikut dirobohkan.
Banyak warga Bukit Duri yang memiliki surat kepemilikan tempat tinggal. Tetapi alat-alat berat lebih kuat daripada hukum, menghancurkan rumah mereka tanpa peduli. Tempat di mana dulu berdiri rumah dan pondok-pondok, sekarang telah berkembang menjadi jalan lebar beraspal. Ivana Lee memandang ke sekelilingnya. "Polisi telah merusak segalanya", katanya perlahan dengan berlinang air mata.
Wanita berumur 33 tahun dengan rambut dikepang, mengenakan celana jins berwarna gelap dan sepatu balerina. Ia memiliki raut wajah anak muda dan berbicara dengan lemah lembut, seolah-olah sedang menimang anak kecil. Tak seorangpun percaya bahwa Ivana bisa marah. Tetapi kalau kata-kata bijaksana tidak didengar dan ketidakadilan menjadi begitu kuat, dan membuatnya sedih, maka Ivana akan memperlihatkan sisi perlawanannya. Lawan Ivana adalah perubahan yang sangat cepat yang tidak mengindahkan keadaan alam dan manusia.
Indonesia adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang tercepat pertumbuhannya. Sejak turunnya Suharto di tahun 1998, produk domestik bruto di Indonesia naik sepuluh kali lipat. Kemajuan ini menggerakkan masyarakat dan juga dirasakan di luar ibu kota Jakarta. Kalangan menengah tumbuh dengan baik dan menginginkan konsumsi dan kenyamanan. Ivana Lee adalah bagian dari kalangan menengah yang mencita-citakan hal ini, namun ia berjalan di jalannya sendiri, baik dalam bidang pekerjaan maupun kehidupan pribadinya: tenang dan bersikap hati-hati.
Ivana adalah seorang arsitek komunitas, sebuah pekerjaan yang menggeluti perencanaan kota dan pekerjaan sosial. Ia membantu dalam merencanakan daerah urban yang diperuntukkan bagi segenap warga kota. Di Jakarta ini bukanlah pekerjaan yang mudah.
Pada abad ke-17 penguasa kolonial Belanda telah mengubah tempat ini menjadi pusat perdagangan rempah dan kopi. Tempat ini dipilih karena tidak menguntungkan. Jakarta letaknya hanya beberapa meter diatas permukaan laut dan dilalui 13 sungai. Saat ini Jakarta sebagai pusat berbagai aktivitas diihuni 10 juta orang. Jumlahnya berlipat ganda karena banyaknya pendatang. Kondisi ini membuat Jakarta menjadi kota megapolitan terbesar kedua setelah Tokyo. Sedikitnya sekali dalam setahun Jakarta mengalami banjir. Banjir ini berdampak terhadap masyarakat lapisan bawah seperti pedagang kecil dan nelayan yang tinggal di bantaran sungai. Masalah banjir di Jakarta adalah masalah yang tidak pernah selesai, hingga pada tahun 2014 gubernur saat itu memutuskan untuk meratakan bantaran sungai dan membangun bendungan. Untuk kepentingan tersebut daerah kumuh harus digusur. Warganya direlokasi ke rumah susun sewa. Sejak keputusan tersebut dilaksanakan, lebih dari 300 daerah miskin telah dilenyapkan dalam kurun waktu 2 tahun.
Jika Ivana sekarang menyusuri sebagian daerah kumuh yang masih tersisa di Bukit Duri, langkahnya menjadi lebih perlahan, seakan-akan tanpa tenaga. Dulu tanpa mengenal lelah ia berjuang untuk kepentingan warga di sini, untuk anak-anak yang bermain layangan di bantaran sungai, untuk ibu rumah tangga yang menjemur cucian di depan rumahnya yang masih tersisa, untuk warga lanjut usia yang mendorong gerobak buahnya melewati gang-gang kecil, pedagang tua yang gerobaknya dipenuhi buah mangga dan durian. Lagi-lagi warga di sini menyebut nama Ivana dari balik jendela rumahnya. Anak-anak berlari menghampiri; setiap orang di sini mengenalnya.
Tujuh tahun lamanya Ivana Lee bergabung di Ciliwung Merdeka, sebuah organisasi yang berjuang mempertahankan keberadaan daerah miskin di Jakarta. Untuk menghindari terjadinya penggusuran oleh pemerintah kota, mereka duduk bersama dengan para politisi, menulis puisi, mengorganisasi aksi protes dan merancang rencana pembangunan kampung alternatif. Ivana yakin bahwa Jakarta dapat dimodernisasi tanpa mengesampingkan hak asasi manusia. Apakah perjuangan hak hidup warga Bukit Duri tidak membuahkan hasil? Bukankah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana setiap warganya memiliki nilai yang sama dan haknya tidak dapat diabaikan dalam hukum?
Pada bulan September 2016, ketika Ivana melihat setiap rumah di Bukit Duri dihancurkan, ia memahami bahwa hukum tak tertulis lebih berkuasa. Yang memiliki uang bisa berbuat apa saja, kaum marginal harus menerima keadaan, tak bisa mengadakan perlawanan. Pada hari itu 363 kepala keluarga kehilangan tempat tinggalnya. Kepada rekan-rekan di organisasi ia bertanya: "Apa yang masih harus kita lakukan"? Tak seorangpun tahu jawabannya. Berhari-hari Ivana menangis hingga akhirnya berhenti bergabung di organisasi Ciliwung Merdeka. "Banyak dari teman-teman tidak memahami kemarahan saya", kenangnya. "Bagi mereka, pemindahan paksa warga Bukit Duri adalah harga yang tak bisa ditawar untuk modernisasi. Pada waktu itu saya menyadari, menggerakkan perubahan cara berpikir harus dimulai lebih awal".
Menjelang malam Ivana duduk bersama suaminya di teras rumahnya yang kecil di Jakarta Timur. Mereka menyewa rumah dengan dua kamar. Daerah sekitar rumah mereka tampaknya seperti sebuah kampung. Ada banyak kios dan jasa cuci pakaian, tempat tinggal sempit dengan perabotan sederhana, kursi teras berwarna gelap. Di gang berkeliaran binatang piaraan -ayam- sedang mematuk-matuk sisa makanan. Tidak berapa jauh dari daerah permukiman ini, mobil dan sepeda motor lalu lalang menuju ke pusat kota. Udara disekitarnya dikotori asap motor. Pengendara sepeda motor dan pejalan kaki terpaksa memakai masker.
Ivana melihat pemandangan semacam itu dengan penuh kekhawatiran. Ia tahu apa rasanya ketika modernisasi merugikan manusia dan lingkungan. Ia berasal dari Pekanbaru dan menghabiskan masa kecilnya di sana. Ketika perusahaan sawit membakar habis hutan-hutan, asap tebal menyelimuti kota. Setiap ia pergi ke sekolah, ia harus mengenakan masker. Mobil di jalan raya pun harus menyalakan lampu sepanjang hari.
Orangtua Ivana memiliki sebuah toko kecil. Bagian belakang toko digunakan ibunya untuk menjahit kemeja pekerja perkebunan kelapa sawit. Bagian depan toko digunakan ayahnya untuk melayani pelanggan dengan minuman dan soto ayam. Kini, di depan jendela rumah lamanya tidak ada lagi pasar tradisional, yang ada hanya sebuah jalan yang tak terurus, dan warung ayahnya dulu, kini tampak sepi. Sekarang ia tahu, rumah lama orangtuanya telah dirobohkan oleh investor.
Keluarga Ivana tidak dapat mempertahankan rumahnya karena mereka tidak dapat membuktikan kepemilikan lahan tempat tinggal yang sudah dimiliki keluarga mereka sejak beberapa generasi. Ketika di lahan tersebut didirikan bangunan untuk tempat tinggal, perjanjian kepemilikan lahan tersebut tidak tertulis. Pemerintah kota menganggap kepemilikan lahan itu ilegal dan mereka harus angkat kaki dari sana.
Mungkin saja, pengalaman Ivana kecil bersama orangtuanya yang kehilangan tempat tinggal pada waktu itu menjadi alasan baginya untuk berpihak pada warga Bukit Duri. Untuk ikut merasakan kepedihan mereka yang terusir dari tempat tinggalnya, seolah-olah rumahnya lah yang dirobohkan dengan alat berat itu. "Bukit Duri adalah rumah kedua saya, mereka sudah seperti keluarga saya. Melihat penggusuran di Bukit Duri menjadi momen yang paling menyedihkan dalam hidup saya".
<link id news-events-publications-detail melawan-arus-bagian-2 _top external-link>Bersambung ke bagian 2
Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Jerman oleh Lita Priatna dan pertama kali diterbitkan oleh Majalah GEO Perspektive Nr. 01/2018 Was im Leben zählt (Apa yang Diperhitungkan dalam Hidup). Telah diadaptasi untuk format dan gaya penulisan. Publikasi selengkapnya bisa ditemukan di https://shop.geo.de/geo-perspektivenr-01-2018was-im-leben-zaehlt.html
Tulisan ini tidak mewakili pandangan FES Indonesia.
Merancang, menuntut banyak kemampuan gagasan. Dalam mengajar kelas arsitektur bagi anak-anak, Ivana Lee berharap dapat membawa perubahan dalam cara…
Dua orang Perintis. Ivana Lee dan suaminya adalah dua sosok yang saling bertolakbelakang, namun yang menyatukan mereka adalah keinginan untuk…
Jl. Kemang Selatan II No. 2A Jakarta Selatan 12730 Indonesia
+62 21 7193711+62 21 71791358
info.indonesia(at)fes.de
This site uses third-party website tracking technologies to provide and continually improve our services, and to display advertisements according to users' interests. I agree and may revoke or change my consent at any time with effect for the future.
These technologies are required to activate the core functionality of the website.
This is an self hosted web analytics platform.
Data Purposes
This list represents the purposes of the data collection and processing.
Technologies Used
Data Collected
This list represents all (personal) data that is collected by or through the use of this service.
Legal Basis
In the following the required legal basis for the processing of data is listed.
Retention Period
The retention period is the time span the collected data is saved for the processing purposes. The data needs to be deleted as soon as it is no longer needed for the stated processing purposes.
The data will be deleted as soon as they are no longer needed for the processing purposes.
These technologies enable us to analyse the use of the website in order to measure and improve performance.
This is a video player service.
Processing Company
Google Ireland Limited
Google Building Gordon House, 4 Barrow St, Dublin, D04 E5W5, Ireland
Location of Processing
European Union
Data Recipients
Data Protection Officer of Processing Company
Below you can find the email address of the data protection officer of the processing company.
https://support.google.com/policies/contact/general_privacy_form
Transfer to Third Countries
This service may forward the collected data to a different country. Please note that this service might transfer the data to a country without the required data protection standards. If the data is transferred to the USA, there is a risk that your data can be processed by US authorities, for control and surveillance measures, possibly without legal remedies. Below you can find a list of countries to which the data is being transferred. For more information regarding safeguards please refer to the website provider’s privacy policy or contact the website provider directly.
Worldwide
Click here to read the privacy policy of the data processor
https://policies.google.com/privacy?hl=en
Click here to opt out from this processor across all domains
https://safety.google/privacy/privacy-controls/
Click here to read the cookie policy of the data processor
https://policies.google.com/technologies/cookies?hl=en
Storage Information
Below you can see the longest potential duration for storage on a device, as set when using the cookie method of storage and if there are any other methods used.
This service uses different means of storing information on a user’s device as listed below.
This cookie stores your preferences and other information, in particular preferred language, how many search results you wish to be shown on your page, and whether or not you wish to have Google’s SafeSearch filter turned on.
This cookie measures your bandwidth to determine whether you get the new player interface or the old.
This cookie increments the views counter on the YouTube video.
This is set on pages with embedded YouTube video.
This is a service for displaying video content.
Vimeo LLC
555 West 18th Street, New York, New York 10011, United States of America
United States of America
Privacy(at)vimeo.com
https://vimeo.com/privacy
https://vimeo.com/cookie_policy
This cookie is used in conjunction with a video player. If the visitor is interrupted while viewing video content, the cookie remembers where to start the video when the visitor reloads the video.
An indicator of if the visitor has ever logged in.
Registers a unique ID that is used by Vimeo.
Saves the user's preferences when playing embedded videos from Vimeo.
Set after a user's first upload.
This is an integrated map service.
Gordon House, 4 Barrow St, Dublin 4, Ireland
https://support.google.com/policies/troubleshooter/7575787?hl=en
United States of America,Singapore,Taiwan,Chile
http://www.google.com/intl/de/policies/privacy/